pesantren dari masa ke masa
Masa awal Awal
kelahiran pesantren bermula dari datangnya seorang waliyullah, Sunan
Maulana Malik Ibrahim ke tanah jawa, tepatnya daerah gresik. Di sana,
beliau berdakwah, mengurai makna-makna al-qur’an sehingga bisa dipaham
masyarakat awam. Karena kesederhanaan dan kepintaran beliau mengambil
hati masyarakat yang waktu itu masih berbudaya Hindu, sedikit demi
sedikit pengikut beliau bertambah. Bahkan, sebagian dari mereka datang
dari daerah yang cukup jauh dari kediaman sang sunan. Walhasil, beliau,
sunan Maulana Malik Ibrahim, membuat beberapa gothakan (kamar) sebagai
tempat menginap bagi mereka. Namun,
menurut sumber lain, pesantren adalah hasil perjuangan dari raden
rahmat (sunan Ampel) yang waktu itu mendirikan pondokan bagi
murid-muridnya (baca: santri) yang berasal dari berbagai daerah,
termasuk raden paku, putra bangsawan dari kerajaan Blambangan,
Banyuwangi, yang kemudian lebih dikenal dengan sunan Giri. Setelah
beberapa tahun mendalami Islam di Ampel,santri-santri beliau kembali ke
daerahnya masing-masing dan mulai ikut mensyi’arkan islam, tentunya
dengan ciri khas yang diambil dari kepribadian Sunan Ampel, penuh
kesederhanaan dan tanpa sedikitpun menggunakan kekerasan dan paksaan. Dari
sanalah pesantren kemudian berkembang dan terus mengalami kemajuan
seiring Islam yang menguak, muncul dan menyebar begitu pesat di
Indonesia. Adapun
istilah pesantren sendiri berasal dari bahasa sansekerta yang
memperoleh wujud dan pengertian tersendiri dalam bahasa Indonesia. Asal
kata san berarti orang baik (laki-laki) disambung tra berarti suka
menolong, santra berarti orang baik baik yang suka menolong. Pesantren
berarti tempat untuk membina manusia menjadi orang baik. Sementara itu,
HA Timur Jailani memberikan batasan pesantren adalah gabungan dari
berbagai kata pondok dan pesantren. Istilah pesantren menurut beliau
diangkat dari kata santri yang berarti murid, dan santri yang berarti
huruf, sebab dalam pesantren inilah mula-mula santri mengenal huruf.
Sedang istilah pondok berasal dari kata funduk (dalam bahasa Arab)
mempunyai arti rumah penginapan atau hotel. Masa perjuangan Terlepas
dari kesimpangsiuran asal muasal pesantren di bumi nusantara,
pesantren dalam perkembangannya yang lebih jauh telah memberikan begitu
banyak jasa bagi bangsa. Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan, peran psikologi pesantren telah meng-empati lubuk hati
para syuhada’ untuk berjuang di zaman penjajahan. Sebut saja Sultan
Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtoyoso (Banten), Sultan Hasanuddin
yang mendapat laqob Ayam Jantan dari Timur, sebuah bentuk pengakuan
terhadap keberaniannya terhadap penjajah waktu itu (Belanda). Adalah
juga Pangeran Diponegoro membumihanguskan markas Belanda, tanpa kenal
lelah bergerilya demi nusa, sehingga begitu mengilhami para kawula Jawa
untuk melawan kekuasaan kolonial yang begitu sadis terhadap mereka. Di
masa-masa perjuangan menuju gerbang kemerdekaan, pesantren di hampir
seluruh Indonesia (Hindia waktu itu) dengan sigap melatih para
santrinya agar mempunyai jiwa-jiwa patriotisme untuk membela bangsa.
Kiai Mahrus Ali misalnya. Pengasuh ponpes Lirboyo, Kediri pada masa
generasi kedua ini pernah menjadi anggota kamikaze negara Jepang. Akan
tetapi, begitu beliau lolos dari sekapan Nippon, beliau segera kembali
ke Lirboyo dan beraktifitas seperti biasa. Namun, tepat ketika pekik
kemerdekaan mengguncang Indonesia, beliau segera memimpin santri untuk
ikut serta bersama TKR (Tentara Keamanan Rakyat) melucuti tentara
Jepang. Tak selesai di situ, peristiwa sepuluh November dan agresi II
Belanda pun tak luput dari campur tangan beliau dan santri-santrinya. Memasuki
era 70-an, pesantren mengalami perkembangan signifikan. Setidaknya,
dalam segi kuantitas, pesantren mengalami perkembangan luar biasa dan
menakjubkan, baik di wilayah rural (pedesaan), sub-urban (pinggiran
kota), maupun urban (perkotaan). Data Departemen agama menyebutkan pada
1977 jumlah pesantren masih sekitar 4.195 buah dengan jumlah santri
sekitar 677.394 orang. Jumlah ini mengalami peningkatan berarti pada
tahun 1985, di mana pesantren berjumlah sekitar 6.239 buah dengan
jumlah santri sekitar 1.084.801 orang. Dua dasawarsa kemudian 1997,
Depag mencatat jumlah pesantren sudah mencapai kenaikan mencapai 224%
atau 9.388 buah dan kenaikan jumlah santri mencapai 261% atau 1.770.768
orang. Data terakhir Depag tahun 2001 menunjukan jumlah pesantren
seluruh Indonesia sudah mencapai 11.312 buah dengan santri sebanyak
2.737.805 orang. masa suram larangan pemerintah, kontaminasi pemerintah, berkembang (lagi) di anggap kaku Sebenarnya,
tujuan pesantren sejak berdirinya tak lain adalah membentuk
pemuda-pemudi menjadi seseorang yang high-class person dalam bidang
agama, dalam istilah lain “bakal Ulama”. Dengan berbekal ilmu Fiqih,
bahasa arab, ilmu hadist, tafisr, dan sebagainya, yang didapat dari
kitab-kitab kuning, mereka, para santri. Diharapkan dapat menjadi
seorang yang mumpuni dalam masalah agama di lingkungan masyarakatnya
kelak, sehingga berbagai masalah keagamaan yang timbul dalam keseharian
masyarakat sekitar dapat teratasi oleh mereka. Ada dua : Salaf Khalaf Keemasan KH Wahid Hasyim Apa yang bisa dipertahankan di era post modern ini ? so, akankah kembali ke khittah ? Karena itu, sejak lima dasawarsa terakhir diskursus diseputar pesantren menunjukkan perkembangkan
yang cukup pesat. Hal ini tercermin dari berbagai focus wacana, kajian
dan penelitian para ahli, terutama setelah kian diakuinya kontribusi
dan peran pesantren yang bukan saja sebagai “sub kultur” (untuk
menunjuk kepada lembaga yang bertipologi unik dan menyimpang dari dari
pola kehidupan umum di negeri ini) sebagaimana disinyalir Abdurrahman
Wahid (1984 : 32) Tetapi juga sebagai “institusi kultural” (untuk
menggambarkan sebuah pendidikan yang punya karakter tersendiri sekaligus
membuka diri terhadap hegemoni eksternal). sebagaimana ditegaskan oleh
Hadi Mulyo (1985 : 71). Dikatakan
unik, karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas
yang hingga saat ini menunjukkan kemampuannya yang cemerlang melewati
berbagai episode zaman dengan kemajemukan masalah yang dihadapinya.
Bahkan dalam perjalanan sejarahnya, Ia telah memberikan andil yang
sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan Bangsa dan
memberikan pencerahan terhadap masyarakat. Menurut Rahim (2001 : 28),
pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua yang melekat dalam
perjalanan kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam, ia
adalah lembaga pendidikan yang dapat dikategorikan sebagai lembaga unik
dan punya karakteristik tersendiri yang khas, sehingga saat ini
menunjukkan kapabilitasnya yang cemerlang melewati berbagai episode
zaman dengan pluralitas polemik yang dihadapinya. Bahkan dalam
perjalanan sejarahnya, pesantren telah banyak memberikan andil dan
kontribusi yang sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan
bangsa dan memberikan pencerahan terhadap masyarakat serta dapat
menghasilkan komunitas intelektual yang setaraf dengan sekolah
gubernemen. Oleh karena itu tak mengherankan bila pakar pendidikan
sekalas Ki Hajar Dewantoro dan Dr. Soetomo pernah mencita citakan model
system pendidikan pesantren sebagai model pendidikan Nasional. Bagi
mereka model pendidikan pesantren merupakan kreasi cerdas budaya
Indonesia Melihat fenomena yang terjadi pada saat sekarang ini banyak
kalangan yang mulai melihat sistem pendidikan pesantren sebagai salah
satu solusi untuk terwujudnya produk pendidikan yang tidak saja cerdik,
pandai, lihai, tetapi juga berhati mulia dan berakhlakul karimah. Hal
tersebut dapat dimengerti karena pesantren memiliki karakteristik yang
memungkinkan tercapainya tujuan yang dimaksud. Baru (Masyhud, 2003: 4) Pesantren
adalah salah satu pendidikan Islam di Indonesia yang mempunyai
ciri-ciri khas tersendiri. Definisi pesantren sendiri mempunyai
pengertian yang bervariasi, tetapi pada hakekatnya mengandung
pengertian yang sama. Akan tetapi pondok di Indonesia khususnya di
pulau jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam lingkungan padepokan,
yaitu perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar
yang merupakan asrama bagi santri. Selanjutnya
Zamaksari Dhofir memberikan batasan tentang pondok pesantren yakni
sebagai asrama-asrama para santri yang disebut pondok atau tempat
tinggal terbuat dari bambu, atau barangkali berasal dari kata funduk
atau berarti hotel atau asrama. Perkataan pesantren berasal dari kata
santri yang mendapat awalan pe dan akhiran an yang berarti tempat
tinggal para santri.
mainkan game kesayangan kamu di donacopoker dan dapatkan bonus 2x setiap harinya dan ada yang menarik dari donacopoker di hari natal dan kemeriahan tahun baru nanti donacopoker akan memberikan bonus deposit sebesar 50.000 tunggu apalagi jangan samapai kehabisan
BalasHapusAgen poker online
Agen poker online
Judi Kartu Online
bandar qq donacopoker
jadi tunggu apalagi hubungi kontak di bawah ini agar kamu tidak penasaran lagi
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662